Jumat, 21 Maret 2014

SEBUAH RENUNGAN


 

Oase Waqi’ah: Penangkal Miskin


Surat al Waqi’ah, surat ke 56, terdiri dari 96 ayat. Tarjamah untuk waqi’ah adalah hari kiamat. Memang dalam gambaran umumnya, surat ini bercerita tentang kejadian hari kiamat. Namun, secara spesifik, surat ini mengetengahkan tentang nasib manusia berdasarkan pilihan hidupnya dalam kaitannya dengan jati diri fitrah kemurniannya. Setiap manusia lahir membawa keimanan. Kelahiran seorang anak Adam benar-benar merupakan berkah bagi bumi, karena hal itu berarti seorang wakil Allah telah bertambah.
Manusia adalah wakil Allah, karena ruh kemuliaan yang dititipkan oleh Nya. Sebuah tajalli yang paling sempurna hingga malaikatpun diwajibkan sujud padanya. Bukan kepada jisim material, melainkan kepada ruh kemuliaan, yang mengandung sir (rahasia): Allah Maha Mengetahui apa yang Dia ciptakan.
Maka tatkala diingatkan dengan kalimah “idza..”, manusia diberikan gambaran tentang waqi’ah (kiamat); sesuatu yang berada diujung kehidupan. Agar setiap jiwa kembali mengingat asal muasalnya. Bukankah awal dan akhir berada dalam satu garis? Mengingat yang akhir, membawa kembali kepada yang awal. Ini hanya soal persepsi. Tepatnya, yang awal adalah yang akhir, sebagaimana  kesempurnaan adalah tatkala tidak sempurna.
Makna kiamat, menjurus kepada dua hal, berakhirnya hidup jagad semesta, dan berakhirnya hidup seseorang. Jagad semesta yang bisa jadi secara material lebih besar, sebenarnya berada dalam jagad kecil insan.
Hanya orang-orang yang citra materialnya sangat kuat, yang memiliki anggapan bahwa jagad semesta lebih besar dari jagad manusia. Sehingga, kiamat alam semesta, hanya akan dirasakan oleh orang-orang ini.
Orang-orang yang beriman tidak akan merasakan kehancuran semesta, karena kesadaran ilahiahnya begitu besar sehingga meliput seluruh semesta. Semesta menjadi kecil. Bahkan mereka (orang-orang yang beriman), hanya akan merasakan kiamat pada jagad kecilnya (lepasnya nyawa) seiring berhembusnya angin dari arah Yaman (demikian disebutkan dalam hadits).
Citra material berkaitan erat dengan timbunan-timbunan noda berdasarkan pilihan yang salah tentang arah, atau kesombongan khas iblis yang diakibatkan selalu menjauhnya dari cahaya.
Maka dengan pengingatan ini, kiranya seseorang tidak perlu menunggu, saat-saat “laisa liwaq’atiha kaadzibah”. Karena tentu saja, saat itu adalah saat-saat penuh kemiskinan. Isyarat kesengsaraan abadi yang sungguh ngeri.

Meninggikan dan Merendahkan


Khaafidhoturrofi’ah. Saat itu adalah saat meninggikan suatu golongan, dan merendahkan golongan yang lainnya. Ketinggian adalah simbol kemuliaan, suatu tempat dimana kehormatan berada. Berbeda dengan kerendahan, dimana ia menjadi tanda dari kehinaan dan tidak adanya kehormatan.
Golongan yang ditinggikan tentu saja karena mereka terbiasa merendahkan sayap-sayap mereka, khudu’ dan khusyu’ berhadap-hadapan dengan Allah. Mereka taat, mereka mengharap rahmatNya, karena mereka memahami diri. Sedangkan golongan yang direndahkan, tentulah mereka yang terbiasa meninggikan diri mereka terhadap larangan dan perintah Allah. Kepala mereka mendongak, tidak mau bersujud, akibatnya mereka berjalan dengan kepala; mata hati yang biasa buta, terbentur batu-batu selamanya.

Tiga Golongan


Wa kuntum azwaajan tsalaatsah. Golongan yang ditinggikan terbagi menjadi dua: assabiquunassabiqun dan ashhabul maimanah. Sedangkan golongan yang direndahkan adalah mereka yang disebut ashhabul masy amah.
Golongan elit, yakni mereka yang paling dahulu menyambut seruan keimanan. Merekalah al muqorrobun, orang-orang yang didekatkan. Begitu tingginya golongan ini, hingga disebutkan, “tsullatum minal awwalin, wa qaliilum minal akhirin” golongan elit ini hanya terdiri dari sebagian besar orang-orang yang terdahulu, dan sebagian kecil orang-orang yang terkemudian.
Tidak kalah beruntungnya bagi ashhabul maimanah atau golongan kanan. Ternyata proporsinya adalah “tsullatum minal awwalin, wa tsullatum minal akhirin” sebagian besar orang-orang terdahulu, juga sebagian besar orang-orang yang terkemudian.
Dan kesengsaraan, sungguh sengsara bagi ashabul masy amah atau golongan kiri. Tidak disebutkan proporsinya bisa jadi karena terlampau banyaknya.
Tiga golongan inilah yang akan manusia masuki. Seseorang bisa saja menjadi golongan elit, al muqorrobun, atau golongan kanan, atau golongan kiri.
Sebagaimana pilihan dalam hidup, ada orang-orang sangat mencintai dunia hingga lupa akhiratnya, merekalah calon golongan kiri. Ada pula yang mencintai dunia namun juga tidak melupakan akhiratnya, hati mereka masih terlimput oleh duniawi, namun mereka masih senantiasa mengingat Allah. Mereka membagi hidupnya untuk mengumpulkan dunia dan juga tidak lupa mengumpulkan bekal akhirat. Rahmat Allah meliputi mereka sehingga “Fasalamullaka min ashhabil yamin.” Merekalah golongan kanan.
Dan akhirnya, adalah mereka sangat merindukan akhiratnya, dunia sudah tidak memiliki tempat dihati mereka, rizqi mereka dijamin. Merekalah al muqorrobun.

Afaraayta?


Afaraitummaa tumnun ? Maka jelaskanlah, tentang nutfah yang kamu pancarkan. Inilah sebuah tantangan Allah dalam karunia pengingatan. Terangkan tentang nurfah (mani) yang kemudian menjadi segumpal darah, menjadi seonggok bayi, yang bisa melihat dan mendengar, menjadi dirimu. Siapa yang menjadikan demikian? Kamukah yang menjadikan atau Allah yang menjadikan. Allah yang telah menciptakan kita ke dunia, dan Allah pula yang yang akan menciptakan kita di akhirat. Maka, mengapa manusia tidak mengambil pelajaran tentang penciptaan kedua mereka diakhirat, padahal mereka tahu tentang penciptaan mereka ke dunia. Berikutnya Allah menantang sebuah penjelasan, Siapa yang membuat tanaman menjadi tumbuh besar? Tentang air yang kita minum, Siapa yang menurunkan hujan dari awan? Siapa yang membuat airnya tidak terasa asin? Kamukah atau Allah? Mengapa manusia tidak bersyukur? Terangkan tentang api yang dapat menyala dari sebuah kayu, kamukah atau Allah yang membuat kayu itu? Beragam gebrakan dari Allah untuk mengingatkan kita, menukikkan kesadaran kita tentang hakikat jati diri kita dengan menghadapkan pada kebesaran ciptaan Nya. Memang siapalah kita?

Qasam Allah


Laa uqsimu bi mawaaqi ‘innujum. Allah bersumpah demi tempat orbit bintang-bintang, ada yang menterjemahkan demi masa turunnya bagian-bagian al Qur’an, karena al Qur’an turun berangsur-angsur, dan setiap masa berkaitan erat dengan perputaran bintang pada tempat beredarnya sebagai petunjuk waktu. Manusia bersumpah dengan Nama Allah, sedangkan Allah bersumpah dengan nama ciptaan Nya. Seperti, demi masa, demi waktu dluha, demi malam. Sekali lagi untuk mengingatkan kita tentang sifat keterbatasan makhluq dan sifat kesementaraan alam.
Wa innahu laqosamullau ta’lamuunal ‘adhim, sesungguhnya sumpah ini kalau kamu tahu, adalah sebuah sumpah yang agung.
Betapa tidak? Allah tidak main-main dengan sumpahNya. Setiap bintang beredar pada garis edarnya, begitu juga manusia, telah memiliki jalannya masing-masing. Demi tempat berjalannya manusia dari kelahiran sampai kepada kematian, dengan beragam jalan yang khas yang ditempuh setiap individu, maka hendaklah seseorang memperhatikan jalannya, jalan hidupnya.
Mawaqi’ setiap manusia begitu gamblang bagi mereka yang mengenal diri. Posisi dan darajah yang disadari betul oleh, hanya mereka yang menukik kesadaran ilahiyahnya. Karena sejatinya, manusialah bintang yang bercahaya itu; jika sempurna iman.

Fie Kitaabin Maknun


Innahu laquraanun kariem. Sesungguhnya, al Qur’an ialah bacaan yang sangat mulia. Muara sekaligus hulu setiap ilmu pengetahuan yang benar, menilap habis ilmu pengetahuan yang sesat. Segala sesuatu ada di dalamnya, dan dialah cahaya pada hari dimana kegelapan merata pekat.
Sebagai bacaan, al Qur’an menyajikan sisi keindahan, dan pembersih sekaligus obat bagi mereka yang membaca namun tidak memahami artinya. Dan menyajikan lapis-lapis hikmah dan jawaban atas semua pertanyaan bagi mereka yang membaca dan memahami bacaannya. Lepas dari itu semua, keduanya, baik yang memahami maupun yang tidak, berada dalam porsi keunggulannya masing-masing. Masing-masing akan mendapatkan cahaya, mendapatkan penyembuhan, dan berjalan dalam bingkai hikmah, dengan disadari (bagi yang memahami bacaannya), dan dengan tanpa disadari (bagi mereka yang tidak memahami). Yang jelas keduanya otomatis berada di rel keselamatan menuju titik cahaya.
Dan yang memiliki kebun, ialah mereka yang memiliki hafalan. Maka bagi pemilik kebun, ada yang bisa menikmatinya dengan cara memakan buahnya, dan menikmatinya dengan hanya merasa senang tatkala memandangnya. Kedua-duanya adalah pemilik. Yang pertama, ialah mereka yang memiliki hafalan dan memahami hafalannya, yang kedua, adalah mereka yang memiliki hafalan tapi tidak memahami hafalannya. Kedua-duanya adalah pemilik kebun, keduanya sama-sama bahagia.
Bacaan yang mulia, ada pada kitab yang terpelihara, yakni dengan menghafalnya. Tidak boleh menyentuhnya, kecuali orang-orang yang disucikan. Orang yang disucikan ialah mereka yang menginginkan kesucian dan berusaha sungguh-sungguh kepadanya. Tidak akan berfaedah apa-apa (al Qur’an) bagi mereka yang hanya ingin bermain-main, dan menggunakannya sebagai bahan olok-olokan. Maka niat ialah penentu segala sesuatu setelahnya. Bagi mereka yang meremehkan al Qur’an, berarti mereka telah mengganti rizki yang baik dengan rizki yang buruk. Mereka mendustakan dan selalulah mereka mengingkari, padahal bacaan ini turun dari Tuhan pemilik seluruh alam.
Hal itu karena hawa nafsu telah menjadi tuhannya.

Kadzib wa Dlaallin


Tsumma innakum ayyuha dlaalliin al mukadzibun. Inilah bagian mereka bagi yang suka mendustakan lagi sesat. Medustakan nasehat, mendustakan kebenaran, mendustakan kejujuran, mendustakan kehormatan, sehingga mereka meluncur menuju jurang kehinaan. Mereka memakan buah zaqum yang berduri, mereka memenuhi perutnya dengan zaqum, dengan kedengkian, kesombongan, syahwat, dan kesenangan dunia. Dan mereka meminum air yang sangat panas, mereka senang dengan barang dan sesuatu yang haram, mereka minum seperti unta yang haus, keadaan diri mereka sudah seperti binatang, karena mereka selalu memperturutkan keserakahan dan sikap berlebih-lebihan. Itulah hidangan kehinaan untuk mereka. Yang sesat dan mendustakan, berada pada naungan yang sempit, karena mereka terbiasa hidup bermewah-mewah. Dan mereka mengerjakan dosa hingga dosa-dosa itu menimbunnya, dan mereka tidak yakin akan dibangkitkan setelah mati. Celakalah mereka!

Surga Keni’matan


Fie jannaatin na’im. Surga sendiri sudah sangat menyenangkan, apalagi surga kenikmatan, surganya surga. Diperuntukkan bagi al muqorrobun, golongan orang-orang yang paling dahulu beriman. Yang senantiasa mengambil kesempatan pertama dalam kebaikan, yang hatinya bersegera dalam memenuhi panggilan kebaikan. Beban-beban keduniaan sudah terangkat dan hilang dari sayap-sayap mereka, sehingga mereka bisa terbang bebas. Rizki mereka tidak terbatas di tanah. Karena mereka bisa terbang dan memetik buah-buahan di pepohonan yang tinggi, sayap mereka mengepak ringan mengunjungi siapapun yang membutuhkan pertolongan. Wala khoufun ‘alaihim walaa hum yahzanun. Tiada ketakutan dalam diri mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Merekalah yang senantiasa menantikan azan dikumandangkan dari dalam masjid, merindukan panggilan sholat, sementara mereka selalu siap dengan pakaian yang terbaik, berada di dalam rumah Allah. Kepala-kepala mereka tertunduk karena setiap saat berhadap-hadapan dengan Allah. Pertobatan mereka sungguh mengagumkan, sedekah mereka tidak tanggung-tanggung. Mereka menyediakan diri mereka sendiri untuk Allah. Tidak takut akan celaan para pencela. Maka, sungguh pantas, mereka mendapatkan “qiilaan salaaman salaama ” Selamat!

Fasabbih Bismi Rabbikal ‘Adhim


Fasabbih bismi rabbikal ‘adhim. Maka bertasbihlah dengan menyebut nama Tuhanmu yang Maha Agung. Menyebut ialah mengingat sekaligus melafalkan. Dalam keduanya terdapat proses penyebaran jaring-jaring. Jejaring yang pertama merengkuh hati dan pikiran sehingga hati menjadi bening, pikiran menuju kemurniannya. Hati dan pikiran terhubung dengan langit, mengikuti setiap kehendakNya, meraup segala hikmah yang banyak, mengokohkan tiang-tiang pancang petunjuk, dan menguatkan tali-tali maqbulnya doa. Sekaligus adalah meretasnya segala macam korosi dan polusi yang mungkin meliput sebagai akibat bergaul dengan banyak manusia yang belum tersucikan. Jejaring yang kedua, menggetar rahmat dan rizqi yang melimput seluruh udara, menangkap segala keberuntungan, menolak segala bala dan bencana. Memungkinan kasih lebih banyak terkembang, bagai layar kapal yang melajukan kapal kehidupan menuju surga impian. Sekaligus menetralkan bibit kebencian yang tersebar melalui mata-mata penuh amarah dan keserakahan.
Maka dengan menyebut Nama Nya yang Agung, segala hal bertekuk lutut terhadapmu, dan bahkan dirimu yang seringkali terkekang tali nafsu, terjebak pekatnya minuman godaan.
Dengan menyebut-nyebut Nya mengisyaratkan cinta, menggambarkan kerinduan, dan akhirnya mengguratkan ketenangan.
Murni, itulah asal muasal kita. Bertasbih berarti mensucikan diri, dari segala tali penghambat menuju Allah, yang sementara banyak orang terkatung-katung pada harapan dan angan kosong kepada selain Nya, bersandar pada lidi yang rapuh, kita mengosongkan hati kita, memberikan tahta sepenuhnya untuk Allah ar Rahman.
Maka sebutlah Nama Tuhanmu, sebutlah dengan penuh rasa kangen, sebut dengan keseluruhan isi surah waqi’ah yang agung, inna hadza lahuwal haqqul yakin, sesungguhnya inilah sebuah keyakinan yang benar, maka sebutlah, sebut berkali-kali.

*Khatam Sempurna*

SERATUS HADITS PILIHAN (SERATUS HIKMAH SABDA AGUNG NABI SHALLALLAHU 'ALAHI WA AALIHI WA SALLAM)



 
Program Hafalan Seratus Hadits Pilihan

(Dalam Sepuluh Hari
Satu Hari- Sepuluh Hadits, pagi menghafal lima hadits, sore menghafal lima hadits)



Hari Pertama

Pagi
  1. Iman paling afdol ialah apabila kamu mengetahui bahwa Allah selalu menyertaimu dimanapun kamu berada. (HR. Ath Thobari)
  2. Iman terbagi dua, separo dalam sabar dan separo dalam syukur. (HR. Al-Baihaqi)
  3. Tiada lurus iman seorang hamba sehingga lurus hatinya, dan tiada lurus hatinya sehingga lurus lidahnya. (HR. Ahmad)
  4. Tidak akan berkumpul dalam hati seorang hamba kekikiran dan keimanan. (HR. Aththalayisi)
  5. Barangsiapa menyenangi amalan kebaikannya dan menyedihkan (bersedih dengan) keburukannya maka dia adalah seorang mukmin. (HR. Al Hakim)

Sore
  1. Ada tiga perkara yang membinasakan yaitu hawa nafsu yang dituruti, kekikiran yang dipatuhi, dan seorang yang membanggakan dirinya sendiri. (HR. Ath-Thabrani dan Anas)
  2. Siapa yang ingin mengetahui kedudukannya di sisi Allah hendaklah dia mengamati bagaimana kedudukan Allah dalam dirinya. Sesungguhnya Allah menempatkan hambaNya dalam kedudukan sebagaimana dia menempatkan kedudukan Allah pada dirinya. (HR. Al Hakim)
  3. Apabila perzinaan dan riba telah melanda suatu negeri maka mereka (penghuninya) sudah menghalalkan atas mereka sendiri siksaan Allah. (HR. Ath-Thabrani dan Al Hakim)
  4. Di antara wasiat-wasiat (pesan-pesan) Rasulullah Saw adalah: "Jangan takut berada di jalan Allah terhadap celaan orang yang suka mencela." Aku berkata, "Tambah lagi ya Rasulullah." Beliau melanjutkan pesannya: "Katakanlah apa yang hak meskipun akibatnya terasa pahit."( HR. Ibnu Hibban)
  5. Allah selalu menolong orang selama orang itu selalu menolong saudaranya (semuslim). (HR. Ahmad)

Hari Kedua

Pagi
  1. Tiga perbuatan yang termasuk sangat baik, yaitu berzikir kepada Allah dalam segala situasi dan kondisi, saling menyadarkan (menasihati) satu sama lain, dan menyantuni saudara-saudaranya (yang memerlukan). (HR. Ad-Dailami)
  2. Menyendiri lebih baik daripada berkawan dengan yang buruk, dan kawan bergaul yang sholeh lebih baik daripada menyendiri. Berbincang-bincang yang baik lebih baik daripada berdiam dan berdiam adalah lebih baik daripada berbicara (ngobrol) yang buruk. (HR. Al Hakim)
  3. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, tidak menzaliminya dan tidak mengecewakannya (membiarkannya menderita) dan tidak merusaknya (kehormatan dan nama baiknya). (HR. Muslim)
  4. Tidak halal bagi seorang muslim menjauhi (memutuskan hubungan) dengan saudaranya melebihi tiga malam. Hendaklah mereka bertemu untuk berdialog mengemukakan isi hati dan yang terbaik ialah yang pertama memberi salam (menyapa). (HR. Bukhari)
  5. Barangsiapa memberi karena Allah, menolak karena Allah, mencintai karena Allah, membenci karena Allah, dan menikah karena Allah, maka sempurnalah imannya. (HR. Abu Dawud)
Sore 
  1. Barangsiapa memperbaiki hubungannya dengan Allah maka Allah akan menyempurnakan hubungannya dengan manusia. Barangsiapa memperbaiki apa yang dirahasiakannya maka Allah akan memperbaiki apa yang dilahirkannya (terang-terangan). (HR. Al Hakim) 
  2. Agama ialah keikhlasan (kesetiaan atau loyalitas). Kami lalu bertanya, "Loyalitas kepada siapa, ya Rasulullah?" Rasulullah Saw menjawab, "Kepada Allah, kepada kitabNya (Al Qur'an), kepada rasulNya, kepada penguasa muslimin dan kepada rakyat awam." (HR. Muslim) 
  3. Tiada sesuatu yang dapat menolak takdir kecuali doa, dan tiada yang dapat menambah umur kecuali amal kebajikan. Sesungguhnya seorang diharamkan rezeki baginya disebabkan dosa yang diperbuatnya. (HR. Tirmidzi dan Al Hakim)
  4. Sayyidina Ali Ra berkata: "Rasulullah menyuruh kami bila berjumpa dengan ahli maksiat agar kami berwajah masam." (HR. Ath-Thahawi) 
  5. Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi seseorang maka dipercepat tindakan hukuman atas dosanya (di dunia) dan jika Allah menghendaki bagi hambanya keburukan maka disimpan dosanya sampai dia harus menebusnya pada hari kiamat. (HR. Tirmidzi dan Al-Baihaqi)

Hari Ketiga

Pagi
  1. Yang pertama-tama dipertanyakan (diperhitungkan) terhadap seorang hamba pada hari kiamat dari amal perbuatannya adalah tentang shalatnya. Apabila shalatnya baik maka dia beruntung dan sukses dan apabila shalatnya buruk maka dia kecewa dan merugi. (HR. An-Nasaa'i dan Tirmidzi)
  2. Paling dekat seorang hamba kepada Robbnya ialah ketika ia bersujud maka perbanyaklah do'a (saat bersujud) (HR. Muslim)
  3. Barangsiapa meninggalkan shalat dengan sengaja maka dia kafir terang-terangan. (HR. Ahmad)
  4. Shalat pada awal waktu adalah keridhoan Allah dan shalat pada akhir waktu adalah pengampunan Allah. (HR. Tirmidzi)
  5. Allah 'Azza wajalla berfirman (hadits Qudsi): "Tidak semua orang yang shalat itu bershalat. Aku hanya menerima shalatnya orang yang merendahkan diri kepada keagunganKu, menahan syahwatnya dari perbuatan haram laranganKu dan tidak terus-menerus (ngotot) bermaksiat terhadapKu, memberi makan kepada yang lapar dan memberi pakaian orang yang telanjang, mengasihi orang yang terkena musibah dan menampung orang asing. Semua itu dilakukan karena Aku." "Demi keagungan dan kebesaranKu, sesungguhnya bagiKu cahaya wajahnya lebih bersinar dari matahari dan Aku menjadikan kejahilannya kesabaran (kebijaksanaan) dan menjadikan kegelapan terang, dia berdoa kepada-Ku dan Aku mengabulkannya, dia mohon dan Aku memberikannya dan dia mengikat janji dengan-Ku dan Aku tepati (perkokoh) janjinya. Aku lindungi dia dengan pendekatan kepadanya dan Aku menyuruh para Malaikat menjaganya. BagiKu dia sebagai surga Firdaus yang belum tersentuh buahnya dan tidak berobah keadaannya." (HR. Ad-Dailami)
Sore
  1. Nabi Saw ditanya tentang shalat, "Bagaimana shalat yang paling afdol?" Beliau menjawab, "Berdiri yang lama." (HR. Muslim)
  2. Yang pertama-tama diangkat dari umat ini ialah khusyu' sehingga tidak terlihat seorangpun yang khusyu'. (HR. Ahmad dan Ath-Thabrani)
  3. Barangsiapa berjamaah dalam shalat subuh dan Isya maka baginya dua kebebasan, yaitu kebebasan dari kemunafikan dan kebebasan dari kemusyrikan. (Abu Hanifah)
  4. Rasulullah Saw bila menghadapi suatu dilema (situasi yang sukar dan membingungkan) beliau shalat. (HR. Ahmad)
  5. Umatku yang termulia ialah penghafal Al Qur'an dan yang selalu shalat tengah malam (tahajud). (HR. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi)

Hari Keempat

Pagi
  1. Dalam hadits Qudsi dijelaskan bahwa Allah Ta'ala berfirman: "Hai anak Adam, kamu tidak adil terhadap-Ku. Aku mengasihimu dengan kenikmatan-kenikmatan tetapi kamu membenciKu dengan berbuat maksiat-maksiat. Kebajikan kuturunkan kepadamu dan kejahatan-kejahatanmu naik kepada-Ku. Selamanya malaikat yang mulia datang melapor tentang kamu tiap siang dan malam dengan amal-amalmu yang buruk. Tetapi hai anak Adam, jika kamu mendengar perilakumu dari orang lain dan kamu tidak tahu siapa yang disifatkan pasti kamu akan cepat membencinya." (Ar-Rafii dan Ar-Rabii').
  2. Berbaik sangka terhadap Allah termasuk ibadah yang baik. (HR. Abu Dawud)
  3. Allah 'Azza wajalla berfirman (hadits Qudsi): "Hai anak Adam, Aku menyuruhmu tetapi kamu berpaling, dan Aku melarangmu tetapi kamu tidak mengindahkan, dan Aku menutup-nutupi (kesalahan-kesalahan)mu tetapi kamu tambah berani, dan Aku membiarkanmu dan kamu tidak mempedulikan Aku. Wahai orang yang esok hari bila diseru oleh manusia akan menyambutnya, dan bila diseru oleh Yang Maha Besar (Allah) dia berpaling dan mengesampingkan, ketahuilah, apabila kamu minta Aku memberimu, jika kamu berdoa kepada-Ku Aku kabulkan, dan apabila kamu sakit Aku sembuhkan, dan jika kamu berserah diri Aku memberimu rezeki, dan jika kamu mendatangiKu Aku menerimamu, dan bila kamu bertaubat Aku ampuni (dosa-dosa)mu, dan Aku Maha Penerima Taubat dan Maha Pengasih." (HR. Tirmidzi dan Al Hakim)
  4. Apabila seorang ingin berdialog dengan Robbnya maka hendaklah dia membaca Al Qur'an. (Ad-Dailami dan Al-Baihaqi)
  5. Agama ini kokoh dan kuat. Masukilah dengan lunak dan jangan sampai timbul dalam dirimu kejenuhan beribadah kepada Robbmu. (HR. Al-Baihaqi)

Sore
  1. Yang menyebabkan agama cacat ialah hawa nafsu. (HR Asysyihaab)
  2. Umat terdahulu selamat (jaya) karena teguhnya keyakinan dan zuhud. Dan umat terakhir kelak akan binasa karena kekikiran (harta dan jiwa) dan cita-cita kosong." (Ibnu Abi Ad-Dunia)
  3. Waspadalah terhadap firasat seorang mukmin. Sesungguhnya dia melihat dengan nur Allah." (HR. Tirmidzi dan Ath-Thabrani)
  4. Orang yang shaleh selalu mendapat tekanan-tekanan. (HR. Al Hakim)
  5. Seorang mukmin bukanlah pengumpat dan yang suka mengutuk, yang keji dan yang ucapannya kotor. (HR. Bukhari)

Hari Kelima

Pagi
  1. Sesungguhnya Allah Ta'ala indah dan suka kepada keindahan. Allah suka melihat tanda-tanda kenikmatannya pada diri hambaNya, membenci kemelaratan dan yang berlagak melarat. (HR. Muslim)
  2. Rasulullah Saw bila menerima berita yang menggembirakan, beliau sujud syukur kepada Allah 'Azza wajalla. (HR. Al Hakim)
  3. Perbanyaklah mengingat kematian. Seorang hamba yang banyak mengingat mati maka Allah akan menghidupkan hatinya dan diringankan baginya akan sakitnya kematian. (HR. Ad-Dailami)
  4. Ada tiga perkara yang mengikuti mayit sesudah wafatnya, yaitu keluarganya, hartanya dan amalnya. Yang dua kembali dan yang satu tinggal bersamanya. Yang pulang kembali adalah keluarga dan hartanya, sedangkan yang tinggal bersamanya adalah amalnya. (HR. Bukhari dan Muslim)
  5. Seorang yang mati syahid diberi enam perkara pada saat tetesan darah pertama mengalir dari tubuhnya: semua dosanya diampuni (tertebus), diperlihatkan tempatnya di surga, dikawinkan dengan bidadari, diamankan dari kesusahan kedahsyatan yang besar (pada hari kiamat), diselamatkan dari siksa kubur dan dihiasi dengan pakaian keimanan. (HR. Bukhari)

Sore
  1. Orang yang tewas melindungi keselamatan hartanya mati syahid dan yang membela (kehormatan) keluarganya mati syahid dan membela dirinya (kehormatan dan jiwanya) juga mati syahid. (HR. Ahmad)
  2. Seorang yang mati syahid dapat memberi syafaat bagi tujuh puluh anggota keluarganya. (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
  3. Apa yang dirasakan seorang syahid yang terbunuh adalah seperti yang dirasakan seorang dari cubitan (gigitan serangga). (Tirmidzi dan Ibnu Majah)
  4. Bagi Allah ada hamba-hamba yang dipelihara dari pembunuhan. Umur mereka diperpanjang dengan amalan kebaikan-kebaikari. Rezeki mereka ditingkatkan dan hidup mereka serba selamat. Nyawa mereka direnggut dengan selamat di atas tempat tidurnya dan mereka diberi kedudukan sebagai syuhada. (HR. Ath-Thabrani)
  5. Barangsiapa mencari mati syahid dengan sungguh-sungguh maka akan Aku berikan kepadanya meskipun dia mati di atas tempat tidurnya. (HR. Muslim)

 
Hari Keenam

Pagi
  1. Allah Azza Wajalla berfirman (hadits Qudsi): "Hai anak Adam, luangkan waktu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu dengan kekayaan dan Aku menghindarkan kamu dari kemelaratan. Kalau tidak, Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan kerja dan Aku tidak menghindarkan kamu dari kemelaratan." (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
  2. Barangsiapa takut kepada Allah, maka Allah menjadikan segala sesuatu takut kepadanya. Barangsiapa tidak takut kepada Allah, maka Allah menjadikannya takut kepada segala sesuatu. (HR. Al-Baihaqi)
  3. Do'a adalah senjata seorang mukmin dan tiang (pilar) agama serta cahaya langit dan bumi. (HR. Abu Ya'la)
  4. Do'a seorang muslim untuk kawannya yang tidak hadir dikabulkan Allah. (HR. Ahmad)
  5. Rasulullah Saw ditanya, "Pada waktu apa do'a (manusia) lebih didengar (oleh Allah)?" Lalu Rasulullah Saw menjawab, "Pada tengah malam dan pada akhir tiap shalat fardhu (sebelum salam)." (Mashabih Assunnah)

Sore
  1. Do'a yang diucapkan antara azan dan iqomat tidak ditolak (oleh Allah). (HR. Ahmad)
  2. Tiada seorang berdo'a kepada Allah dengan suatu do'a, kecuali dikabulkanNya, dan dia memperoleh salah satu dari tiga hal, yaitu dipercepat terkabulnya baginya di dunia, disimpan (ditabung) untuknya sampai di akhirat, atau diganti dengan mencegahnya dari musibah (bencana) yang serupa. (HR. Ath-Thabrani)
  3. Ambillah kesempatan berdo'a ketika hati sedang lemah-lembut karena itu adalah rahmat. (HR.Ad-Dailami)
  4. Barangsiapa ingin agar do'anya terkabul dan kesulitan-kesulitannya teratasi hendaklah dia menolong orang yang dalam kesempitan. (HR. Ahmad)
  5. Apabila tersisa sepertiga dari malam hari Allah 'Azza wajalla turun ke langit bumi dan berfirman : "Adakah orang yang berdo'a kepadaKu akan Kukabulkan? Adakah orang yang beristighfar kepada-Ku akan Kuampuni dosa- dosanya? Adakah orang yang mohon rezeki kepada-Ku akan Kuberinya rezeki? Adakah orang yang mohon dibebaskan dari kesulitan yang dialaminya akan Kuatasi kesulitan-kesulitannya?" Yang demikian (berlaku) sampai tiba waktu fajar (subuh). (HR. Ahmad)

 
Hari Ketujuh

Pagi
  1. Menyebut-nyebut Allah adalah suatu penyembuhan dan menyebut-nyebut tentang manusia adalah penyakit (artinya penyakit akhlak). (HR. Al-Baihaqi)
  2. Rasulullah Saw menyebut-nyebut Allah setiap waktu (saat). (HR. Muslim)
  3. Perumpamaan orang yang berzikir kepada Robbnya dan yang tidak, seumpama orang hidup dan orang mati. (HR. Bukhari dan Muslim)
  4. Nyanyian dan permainan hiburan yang melalaikan menumbuhkan kemunafikan dalam hati, bagaikan air menumbuhkan rerumputan. Demi yang jiwaku dalam genggamanNya, sesungguhnya Al Qur'an dan zikir menumbuhkan keimanan dalam hati sebagaimana air menumbuhkan rerumputan. (HR. Ad-Dailami)
  5. Maukah aku beritahu amalanmu yang terbaik, yang paling tinggi dalam derajatmu, paling bersih di sisi Robbmu serta lebih baik dari menerima emas dan perak dan lebih baik bagimu daripada berperang dengan musuhmu yang kamu potong lehernya atau mereka memotong lehermu? Para sahabat lalu menjawab, "Ya." Nabi Saw berkata,"Zikrullah." (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
     

Sore
  1. Menang pacuan "Almufarridun". Para sahabat bertanya, "Apa Almufarridun itu?" Nabi Saw menjawab, "Laki-laki dan wanita-wanita yang banyak berzikir kepada Allah." (HR. Muslim)
  2. Seorang sahabat berkata, "Ya Rasulullah, sesungguhnya syariat-syariat Islam sudah banyak bagiku. Beritahu aku sesuatu yang dapat aku menjadikannya pegangan." Nabi Saw berkata, "Biasakanlah lidahmu selalu bergerak menyebut-nyebut Allah (zikrullah)." (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
  3. Sebaik-baik zikir dengan suara rendah dan sebaik-baik rezeki yang secukupnya. (HR. Abu Ya'la)
  4. Tiada amal perbuatan anak Adam yang lebih menyelamatkannya dari azab Allah daripada zikrullah. (HR. Ahmad)
  5. Seorang yang selesai berwudhu dengan baik lalu mengucapkan dua kalimat syahadat, maka akan terbuka baginya pintu-pintu surga yang delapan dan dia dapat memasuki pintu yang mana saja dia kehendaki. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Hari Kedelapan

Pagi
  1. Apabila Allah memberi hidayah kepada seseorang melalui upayamu, itu lebih baik bagimu daripada apa yang dijangkau matahari sejak terbit sampai terbenam.[1] (HR. Bukhari dan Muslim)
  2. Bukanlah dari golongan kami orang yang tidak mengasihi dan menyayangi yang lebih muda, tidak menghormati orang yang lebih tua, dan tidak beramar ma'ruf dan nahi mungkar. (HR. Tirmidzi)
  3. Permudahlah (segala urusan), jangan dipersulit dan ajaklah dengan baik, jangan menyebabkan orang menjauh. (HR. Bukhari)
  4. Tidaklah seharusnya orang menyuruh yang ma'ruf dan mencegah yang mungkar kecuali memiliki tiga sifat, yakni lemah-lembut dalam menyuruh dan dalam melarang (mencegah), mengerti apa yang harus dilarang dan adil terhadap apa yang harus dilarang. (HR. Ad-Dailami)
  5. Orang yang paling tinggi kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat ialah yang paling banyak berkeliling di muka bumi dengan bernasihat kepada manusia (makhluk Allah). (HR. Ath-Thahawi)

Sore
  1. Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula menerima amal perbuatan tanpa iman. (HR. Ath-Thabrani)
  2. Seorang yang kurang amalan-amalannya maka Allah akan menimpanya dengan kegelisahan dan kesedihan. (HR. Ahmad)
  3. Amalan-amalan yang paling disukai Allah ialah yang lestari (langgeng atau berkesinambungan) meskipun sedikit. (HR. Bukhari)
  4. Yang paling pandai bersyukur kepada Allah adalah orang yang paling pandai bersyukur kepada manusia. (HR. Ath-Thabrani)
  5. Tidak menjadi dosa besar sebuah dosa bila disertai dengan istighfar dan bukan dosa kecil lagi suatu perbuatan bila dilakukan terus menerus. (HR. Ath-Thabrani)

Hari Kesembilan
 
Pagi
  1. Barangsiapa memperbanyak istighfar maka Allah akan membebaskannya dari kedukaan dan memberinya jalan ke luar bagi kesempitannya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak diduga-duganya. (HR. Abu Dawud)
  2. Sesungguhnya syafa'atku diperuntukkan bagi umatku yang sama sekali tidak berbuat syirik kepada Allah. (HR. Ahmad)
  3. Orang yang belas kasihan akan dikasihi Arrahman (Yang Maha Pengasih), karena itu kasih sayangilah yang di muka bumi, niscaya kamu dikasih-sayangi mereka yang di langit. (HR. Bukhari)
  4. Barangsiapa memaafkan saat dia mampu membalas maka Allah akan memberinya maaf pada hari kesulitan. (HR. Ath-Thabrani)
  5. Seorang masuk surga bukan karena amalnya tetapi karena rahmat Allah Ta'ala. Karena itu bertindaklah yang lurus (baik dan benar). (HR. Muslim)
Sore
  1. Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang berkarya dan terampil (professional atau ahli). Barangsiapa bersusah-payah mencari nafkah untuk keluarganya maka dia serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah Azza wajalla. (HR. Ahmad)
  2. Tiada makanan yang lebih baik daripada hasil usaha tangan sendiri. (HR. Bukhari)
  3. Allah memberi rezeki kepada hambaNya sesuai dengan kegiatan dan kemauan kerasnya serta ambisinya. (HR. Aththusi)
  4. Mata pencaharian paling afdhol adalah berjualan dengan penuh kebajikan dan dari hasil keterampilan tangan. (HR. Al-Bazzar dan Ahmad)
  5. Pengangguran menyebabkan hati keras (keji dan membeku). (HR. Asysyihaab)
     

Hari Kesepuluh

Pagi
  1. Pedagang yang jujur amanatnya kelak di hari kiamat bersama-sama para nabi, shiddiqin dan para shuhada. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
  2. Berhati-hatilah dalam berhutang. Sesungguhnya berhutang itu suatu kesedihan pada malam hari dan kerendahan diri (kehinaan) di siang hari. (HR. Ibnu Babawih dan Al-Baihaqi)
  3. Roh seorang mukmin masih terkatung-katung (sesudah wafatnya) sampai hutangnya di dunia dilunasi. (HR. Ahmad)
  4. Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza wajalla, dan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah sodaqoh. Sesungguhnya ilmu pengetahuan menempatkan orangnya, dalam kedudukan terhormat dan mulia (tinggi). Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan di akhirat. (HR. Ar-Rabii')
  5. Tuntutlah ilmu dan belajarlah (untuk ilmu) ketenangan dan kehormatan diri, dan bersikaplah rendah hati kepada orang yang mengajar kamu. (HR. Ath-Thabrani)

Sore
  1. Maafkanlah dosa orang yang murah hati, kekeliruan seorang ulama dan tindakan seorang penguasa yang adil. Sesungguhnya Allah Ta'ala membimbing mereka apabila ada yang tergelincir. (HR. Bukhari)
  2. Paling dekat dengan aku kedudukannya pada had kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya dan sebaik-baik kamu ialah yang paling baik terhadap keluarganya. (HR. Ar-Ridha)
  3. Kebajikan itu ialah akhlak yang baik dan dosa itu ialah sesuatu yang merisaukan dirimu dan kamu tidak senang bila diketahui orang lain. (HR. Muslim)
  4. Tidak ada kemelaratan yang lebih parah dari kebodohan dan tidak ada harta (kekayaan) yang lebih bermanfaat dari kesempurnaan akal. Tidak ada kesendirian yang lebih terisolir dari ujub (rasa angkuh) dan tidak ada tolong-menolong yang lebih kokoh dari musyawarah. Tidak ada kesempurnaan akal melebihi perencanaan (yang baik dan matang) dan tidak ada kedudukan yang lebih tinggi dari akhlak yang luhur. Tidak ada wara' yang lebih baik dari menjaga diri (memelihara harga dan kehormatan diri), dan tidak ada ibadah yang lebih mengesankan dari tafakur (berpikir), serta tidak ada iman yang lebih sempurna dari sifat malu dan sabar. (HR. Ibnu Majah dan Ath-Thabrani)
  5. Seorang sahabat datang kepada Nabi Saw dan bertanya, "Ya Rasulullah, tunjukkan kepadaku suatu amalan yang bila aku amalkan niscaya aku akan dicintai Allah dan manusia." Rasulullah Saw menjawab, "Hiduplah di dunia dengan berzuhud (bersahaja) maka kamu akan dicintai Allah, dan jangan tamak terhadap apa yang ada di tangan manusia, niscaya kamu akan disenangi manusia." (HR. Ibnu Majah).

 ***